Senin, 12 Mei 2014

Gizi Seimbang Bagi Remaja



BAB I
PENDAHULUAN


Usia remaja merupakan usia dimana memulai periode maturasi fisik, emosi, sosial dan seksual menuju dewasa. Setiap orang pasti menginginkan sehat, maka harus diperhatikan gizi apa saja yang dibutuhkan oleh tubuh jangan sampai mengalami kekurangan atau kelebihan tanpa harus seimbang. Remaja dan dewasa merupakan usia yang produktif, termasuk sistem reproduksinya sudah mulai menunjukkan kematangan.
Banyak kaum remaja dan dewasa yang menjalankan diet karena khawatir dengan penampilannya. Boleh melakukan diet asal sehat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tentang kualitas kesehatan seseorang yaitu faktor pengetahuan tentang gizi dan kesehatan, faktor pendidikan dan ekonomi. Makanan yang bergizi seimbang akan mendukung bagi kesehatan reproduksi seorang wanita.
Dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu kegiatan kita memerlukan adanya energi di dalam tubuh kita. Semakin banyak energi yang ada pada tubuh kita, maka semakin banyak kegiatan yang bisa kita lakukan. Tetapi dengan keadaan yang saat ini serba instan atau serba mudah, maka gizi yang seimbang sangatlah susah di capai untuk anak dan remaja yang aktif sehingga kesehatanpun terabaikan.
Oleh sebab itu, diharapkan para remaja dan dewasa harus memperhatikan keseimbangan gizi yang dibutuhkan untuk tubuh kita karena kesimbangan gizi sangat penting untuk pertumbuhan, perkembangan dan membangun sistem imun yang baik dan kuat agar tidak mudah terjangkit oleh penyakit.

1.      Apakah pengertian gizi?
2.      Bagaimana prinsip gizi bagi anak remaja dan dewasa?
3.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi gizi seimbang?
4.      Apa saja kebutuhan gizi seimbang?
5.      Bagaimana pengaruh status gizi terhadap sistem reproduksi?
6.      Bagaimana masalah gizi pada remaja dan dewasa?

1.      Mengetahui pengertian gizi.
2.      Mengetahui prinsip gizi bagi anak remaja dan dewasa.
3.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi.
4.      Mengetahui kebutuhan gizi seimbang.
5.      Mengetahui status gizi terhadap sistem reproduksi.
6.      Mengetahui masalah-masalah gizi pada remaja dan dewasa.

1.      Membantu remaja untuk mengetahui pentingnya pemenuhan gizi dalam kehidupannya sehari-hari.
2.      Membantu menambah wawasan pengetahuan tentang gizi pada remaja dan orang dewasa.









Kata gizi berasal dari bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan. WHO mengartikan ilmu gizi sebagai Ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup. Proses tersebut mencakup pengambilan dan pengolahan zat padat dan cair dari makanan (proses pencernaan, transport dan ekskresi) yang di perlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya organ tubuh dan menghasilkan energi.
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absopsi, tranportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan (Sibagariang, 2010).
Status gizi adalah ekspesi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan  dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.
Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari. Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju.
Zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang. Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.

Prinsip Gizi Pada Remaja Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial. Pada masa ini terjadi kematangan seksual dan tercapainya bentuk dewasa karena pematangan fungsi endokrin. Pada saat proses pematangan fisik, juga terjadi perubahan komposisi tubuh. Periode Adolesensia ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (Growth Spurt) baik tinggi badannnya maupun berat badannya. Pada periode growth spurt, kebutuhan zat gizi tinggi karena berhubungan dengan besarnya tubuh. Growth Spurt anak perempuan umur 10 sampai 12 tahun sedangkan anak laki-laki  umur 12 sampai 14 tahun.
 Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan tergantung individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh pertumbuhan aktivitas fisik sehingga kebutuhan zat gizi akan naik pula.
Penyelidikan membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai usia lebih dari 20 tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Ini berarti, makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk mempertahankan keadaan gizi yang sudah didapat atau membuat gizinya menjadi lebih baik. Dengan demikian, kebutuhan akan unsur-unsur gizi dalam masa dewasa sudah konstan, kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya, seperti sakit dan sebagainya. Sehingga mengharuskan dia mendapatkan kebutuhan zat gizi yang lebih dari biasanya.

Kebutuhan Energi Remaja
Konsumsi energi yang berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seorang bila seseorang mempunyai ukuran dan koposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang, dan yang memungkinkan  pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi (Almatsier, 2002). Kebutuhan anak laki-laki dan perempuan berbeda. Anak laki-laki banyak melakukan aktivitas fisik sehingga membutuhkan energi. Sedangkan perempuan mengalami haid sehingga banyak memerlukan  protein dan zat gizi. (RSCM, 2002).
Berdasarkan zat gizi yang ada didalam makanan, maka dikelompokkan menjadi 3 kelompok yang sering disebut dengan Tri Guna makanan yaitu:
a.       Sumber zat tenaga untuk melakukan berbagai aktivitas. Makanan yang mengandung sumber zat tenaga  adalah yang mengandung karbohidrat.
b.      Sumber zat pembangun untuk pembentukan, pertumbuhan dan pemeliharaan. Bahan makanan yang mengandung zat pembangun adalah protein, baik nabati maupun hewani.
c.       Sumber zat pengatur untuk mengatur penggunaan zat-zat gizi didalam tubuh. Bahan yang mengandung zat pengatur adalah vitamin dan mineral. (Seri Ayah Bunda, 2000)

Kekurangan  energi  akan menjadikan tubuh mengalami keseimbangan negatif. Akibatnya berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal). Bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan dan pada orang dewasa menyebabkan penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh (Almatsier, 2002).      
Kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh. Ini berakibat terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan biasanya disebabkan oleh kebanyakan makan, dalam hal karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga karena kurang bergerak (Almatsier, 2002).
Tabel berikut ini memuat perkiraan kebutuhan berbagai zat gizi pada usia remaja.
Anjuran kecukupan gizi pada usia remaja (13-18 tahun)
Jenis kelamin
Umur (thn)
Berat (kg)
Kebutuhan zat gizi
Energi (kal)
Protein (gr)
Vit. A (RE)
Fe (mg)
Laki-laki
13 – 15
16 – 19
45
56
2400
2500
64
66
600
600
17
23
Wanita
13 – 15
16 – 19
46
50
2100
2000
62
51
500
500
19
25

Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena mereka masih mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih banyak dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih besar, yaitu :

1.      Energi
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah aktivitas fisik, seperti olahraga yang diikuti baik dalam kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah. Remaja yang aktif dan banyak melakukan olahraga memerlukan asupan energi yang lebih besar dibandingkan yang kurang aktif.
Sejak lahir hingga usia 10 tahun, energi yang dibutuhkan relatif sama dan tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Pada masa remaja terdapat perbedaan kebutuhan energi untuk laki-laki dan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh dan kecepatan pertumbuhan.
Kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-1200 kkal sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari.
AKG energi ini dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat adalah: beras, terigu dan hasil olahannya (mie, spagetti, macaroni), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula, dan lain-lain.

2.      Protein

Kebutuhan protein juga meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhan yang sedang terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, karena memasuki masa pertumbuhan cepat lebih dulu.
Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein bagi remaja 1,5 – 2,0 gr/kg BB/hari. AKG protein remaja dan dewasa muda adalah 48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per hari untuk laki-laki.
Makanan sumber protein hewani bernilai biologis lebih tinggi dibandingkan sumber protein nabati, karena komposisi asam amino esensial yang lebih baik, dari segi kualitas maupun kuantitas. Berbagai sumber protein adalah: daging merah (sapi, kerbau, kambing), daging putih (ayam, ikan, kelinci), susu dan hasil olahannya (keju, mentega, yakult), kedele dan hasil olahannya (tempe, tahu), kacang-kacangan, dan lain-lain.

3.      Kalsium

Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi muscular, skeletal / kerangka dan perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan masa anak dan dewasa. Lebih dari 20 persen pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50 persen massa tulang dewasa dicapai pada masa remaja. AKG kalsium untuk remaja dan dewasa muda adalah 600-700 mg per hari untuk perempuan dan 500-700 mg untuk laki-laki. Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil olahannya. Sumber kalsium lainnya ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan lain-lain.

4.      Zat Besi

Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya pertumbuhan cepat. Kebutuhan zat besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi haemoglobin (Hb).
Setelah dewasa, kebutuhan zat besi menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan zat besi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia zat besi dibandingkan laki-laki.
Perempuan dengan konsumsi zat besi yang kurang atau mereka dengan kehilangan zat besi yang meningkat, akan mengalami anemia gizi zat besi. Sebaliknya defisiensi zat besi mungkin merupakan limiting faktor untuk pertumbuhan pada masa remaja, mengakibatkan tingginya kebutuhan mereka akan zat besi.
Hal lain yang perlu diingat, adalah bioavailability dari makanan umumnya sangat rendah yaitu  kurang dari 10 persen. Sumber zat besi dari hewani mempunyai bioavailability yang lebih tinggi dibandingkan sumber nabati.
Status zat besi dalam tubuh juga mempengaruhi efisiensi penyerapan zat besi. Pada remaja dengan defisiensi zat besi maka penyerapan zat besi akan lebih efisien dibandingkan yang tidak defisiensi zat besi. Yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi dari sumber nabati adalah vitamin C serta sumber protein hewani tertentu (daging dan ikan). Sedangkan zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi antara lain adalah cafein, tannin, fitat, zinc, dan lain-lain.
AKG besi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 19-26 mg setiap hari, sedangkan untuk laki-laki 13-23 mg per hari. Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah hati, daging merah (sapi, kambing, domba), daging putih (ayam, ikan), kacang-kacangan, sayuran hijau.

5.      Seng (Zinc)

Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama untuk remaja laki-laki. AKG seng adalah 15 mg per hari untuk remaja dan dewasa muda perempuan dan laki-laki.

6.      Vitamin
Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan dan perkembangan cepat yang terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka kebutuhan beberapa vitamin pun meningkat, antara lain yang berperan dalam metabolisme karbohidrat menjadi energi seperti vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk sintesa DNA dan RNA diperlukan vitamin B6, asam folat dan vitamin B12, sedangkan untuk pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Dan vitamin A, C dan E untuk pembentukan dan penggantian sel.
Faktor yang menyebabkan kekurangan gizi telah diperkenalkan UNICEF dan telah digunakan secara internasional, yang meliputi beberapa tahapan penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita, baik penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok masalah. Berdasarkan Soekirman dalam aksi pangan dan gizi  nasional (Depkes, 2000). Penyebab kurang gizi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Pertama, penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyakit gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapatkan makanan yang baik tetapi karena sakit diare atau demam dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang makanannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh anak akan melemah dan mudah terserang penyakit.
2.      Kedua, penyebab tidak langsung ketahanan pangan dikeluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga jalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan kemapuan keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh keluarga.

3.         Kebiasaan makan yang buruk
Kebiasaan makan yang buruk yang berpangkal pada kebiasaan makan keluarga yang juga tidak baik sudah tertanam sejak kecil akan terus terjadi pada usia remaja. Mereka makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai zat gizi dan dampak tidak dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Jeong A. Kim di Korea (2001) menemukan bahwa pola makan pada remaja mempengaruhi status gizi mereka. Penelitian ini mengelompokkan remaja pada tiga pola makan. Pertama, yang disebut dengan pola makan tradisional Korea, merupakan pola makan yang banyak mengkonsumsi Kimchi dan nasi, ikan dan rumput laut. Kedua, yang disebut pola makan barat, merupakan pola makan yang banyak mengkonsumsi tepung dan roti, hamburger, pizza, makanan ringan dan sereal, gula dan makanan manis. Ketiga, yang disebut pola makan modifikasi, merupakan pola makan yang banyak mengkonsumsi mie, tetapi diselingi dengan kimchi dan nasi. Ditemukan kejadian obesitas sentral paling tinggi pada pola makan barat  (16,8%) dari pada pola makan tradisional Korea (9,76%) dan pola makan modifikasi (9,75%)10
Lena Hamstrong menemukan bahwa di Eropa sekitar 34% remaja melewatkan sarapan di pagi hari. Dan kebiasaan sarapan pada remaja dipengaruhi oleh kebiasaan orang tua mereka. Cara S. DeJong menemukan bahwa faktor lingkungan dan kebiasaan kognitif berhubungan dengan kebiasaan sarapan pada remaja. Michael J menemukan bahwa remaja yang memiliki kebiasaan sarapan memiliki kecendrungan untuk tidak mengalami obesitas.
4.      Pemahaman gizi yang keliru
Tubuh yang langsing sering menjadi idaman bagi para remaja terutama wanita remaja. Hal itu sering menjadi penyebab masalah, karena untuk memelihara kelangsingan tubuh mereka menerapkan pengaturan pembatasan makanan secara keliru. Sehingga kebutuhan gizi mereka tak terpenuhi. Hanya makan sekali sehari atau makan makanan seadanya, tidak makan nasi merupakan penerapan prinsip pemeliharaan gizi yang keliru dan mendorong terjadinya gangguan gizi. Penelitian yang dilakukan oleh Ruka Sakamaki, dkk (2004) menemukan bahwa pelajar wanita di China memiliki keinginan yang besar untuk menjadi langsing (62,0%) dibandingkan dengan pelajar lelaki (47,4%). Demikian pula dengan studi sebelumnya yang dilakukan di Jepang, perubahan gaya hidup telah menyebabkan sebagian besar pelajar wanita memiliki keinginan untuk menjadi langsing, meskipun jumlah responden yang mengalami obesitas sangat sedikit pada studi tersebut. Di tahun 2005, mereka menemukan bahwa sebagian besar responden yang memiliki IMT normal, ternyata menginginkan ukuran tubuh dengan IMT yang tergolong kurus (BMI : 18,4+ 3,4).

5.      Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu saja menyebabkan kebutuhan gizi tak terpenuhi. Keadaan seperti itu biasanya terkait dengan mode yang tengah tenar dikalangan remaja. Ditahun 1960an misalnya remaja-remaja di Amerika Serikat sangat menyukai makanan hotdog dan minuman ­cola-cola. Kebiasaan ini kemudian menyebar ke remaja-remaja diberbagai negara lain termasuk di Indonesia.



6.      Promosi yang berlebihan melalui media massa
Usia remaja merupakan usia dimana mereka sangat tertarik pada hal-hal baru. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh pengusaha makanan untuk mempromosikan produk mereka dengan cara yang sangat mempengaruhi remaja. Padahal, produk makanan tersebut bukanlah makanan yang sehat bila dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan.

7.      Masuknya produk-produk makanan baru yang berasal dari negara lain secara bebas mempengaruhi kebiasaan makan para remaja
Jenis-jenis makanan siap santap (fast food) yang berasal dari negara barat seperti hotdog, pizza, hamburger, fried chicken dan french fries, berbagai jenis makanan berupa kripik (junk food) sering dianggap sebagai lambang kehidupan modern oleh para remaja. Padahal  berbagai jenis fast food itu mengandung kadar lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi disamping kadar garam. Zat-zat gizi itu memicu terjadinya berbagai penyakit kardiovaskuler pada usia muda.
Penelitian yang dilakukan oleh Kerry N. Boutelle, dkk (2005) menemukan bahwa konsumsi fast food berhubungan dengan berat badan orang dewasa namun tidak pada remaja. Hal tersebut disebabkan karena remaja membutuhkan banyak kalori untuk aktivitasnya, sehingga fast food tidak mempengaruhi status gizi mereka untuk menjadi obesitas. Namun, konsumsi fast food bisa meningkatkan risiko bagi para remaja untuk menjadi obesitas pada saat dewasa.

Usia reproduksi, tingkat aktivitas sangat mempengaruhi kebutuhan energi pada remaja. Pengaruh gizi / nutrisi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sistem reproduksi. Kekurangan nutrisi pada seorang yang mengalami anemia dan kurang berat badan lebih banyak akan melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah, dibandingkan dengan wanita dengan usia reproduksi yang aman untuk hamil. Kekurangan  zat gizi pada ibu hamil yang menderita anemia dan kurang  berat badan akan lebih mempunyai kesempatan untuk melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR) dibanding dengan ibu hamil yang dengan asupan gizi yang cukup dan seimbang. 
Pada wanita remaja usia 15-21 tahun status gizi sangat penting karena merupakan persiapan calon ibu karena telah memasuki masa pubertas. Pubertas adalah suatu masa pematangan kapasitas reproduksi. Pada anak perempuan ditandai dengan menstruasi. Cepat lambatnya seseorang mengalami pubertas antara lain dipengaruhi oleh keadaan gizi. Seorang anak yang gizinya lebih baik akan lebih cepat mengalami masa pubertas, sebaliknya anak yang gizinya kurang baik akan terlambat mengalami pubertas. Tidak ada ketentuan secara tepat kapan mulai akan terjadi periode yang pertama kali, namun hal ini akan terjadi antara usia 10-14 tahun, tapi sedikit lebih awal atau lebih lambat tidak semua anak sama. Pada remaja, energi dan protein dibutuhkan lebih banyak daripada orang dewasa, demikian pula vitamin dan mineral. Vitamin B1, B2 dan B6 sangat penting untuk metabolisme karbohidrat menjadi energi. Demikian pula asam folat dan vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah, dan vitamin A untuk pertumbuhan yang diperlukan oleh jaringan.
Kebutuhan energi dan nutrisi pada remaja dipengarhi oleh usia reproduksi, tingkat aktivitas dan status nutrisi. Nutrisi yang dibutuhkan sedikit lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan remaja tersebut. Remaja yang berasal dari sosial ekonomi rendah sumber makanan pokok kurang terpenuhi, dan mempunyai resiko defisisensi zat besi sebelum hamil. Pemberian tambahan energi diberikan kepada remaja dengan berat badan rendah. Penambahan energi didapatkan dengan meningkatkan nafsu makan, akan tetapi seorang remaja sering terlalu memperhatikan penambahan berat badannya. Seorang remaja dapat mengalami peningkatan resiko defisisensi zat besi, karena kebutuhan yang meningkat sehubungan dengan pertumbuhan.
a.       Obesitas
Obesitas adalah kegemukan atau kelebihan berat badan. Di kalangan remaja, obesitas merupakan permasalahan yang mengkhawatirkan, karena dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang dan menyebabkan gangguan psikologis yang serius. Belum  lagi kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Dapat di bayangkan jika obesitas terjadi pada remaja, maka remaja tersebut akan tumbuh menjadi remaja yang kurang percaya diri. Berdasarkan data dari Riskesdas 2007, prevalensi obesitas sentral pada usia 15-24 tahun adalah 8,09 persen.
Penelitian yang dilakukan oleh Rollan Cahcera (2000) terhadap remaja pada beberapa wilayah di Eropa Barat menemukan bahwa terjadi peningkatan prevalensi obesitas pada remaja. Rata-rata asupan energi para remaja tersebut terlihat cukup, namun konsumsi lemak jenuh menunjukkan peningkatan dan konsumsi serat justru menurun. Rata-rata asupan mikconutrient menunjukkan angka yang sesuai dengan standar. Namun, pada remaja putri asupan zat besi dan kalsium masih rendah. Selain itu, ditemukan juga masalah-masalah seperti merokok, mengkonsumsi makanan dengan kualitas gizi yang rendah dan diet yang salah. Al sendi juga menemukan hal serupa di  Bahrain. Terlihat terjadi peningkatan prevalensi obesitas pada remaja. Lazeery di Italia justru menemukan trend yang berbeda. Dimana dari tahun ke tahun, prevalensi obesitas pada remaja di Tuscany Italia justru mengalami penurunan. Dan penurunan tersebut berbanding lurus dengan peningkatan kelompok umur pada remaja.
b.      Kurang Energi Kronis (KEK)

Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis  (KEK) pada umumnya disebabkan karena makan terlalu sedikit. Penurunan berat badan secara drastis pada remaja perempuan memiliki hubungan erat dengan faktor emosional. Salah satunya, takut gemuk seperti ibunya atau dipandang kurang seksi oleh lawan jenis. Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu perlu dikonsumsi oleh para remaja tersebut sekurang-kurangnya sehari sekali.
c.       Anemia
Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal. Pada laki-laki hemoglobin normal adalah 14 – 18 gr % dan eritrosit 4,5 -5,5 jt/mm. Sedangkan pada perempuan hemoglobin normal adalah 12 – 16 gr % dengan eritrosit 3,5 – 4,5 jt/mm.
Remaja putri lebih mudah terserang anemia karena:
1)        Pada umumnya lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.
2)        Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan makanan.
3)        Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya melalui feses.
Selain itu, remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi ± 1,3 mg perhari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria.

d.      Jerawat
Sekitar 50%  remaja mempunyai masalah dengan jerawat. Jerawat pada remaja merupakan keadaan yang normal akibat dari pengaruh hormonal. Jerawat disebabkan oleh aktivitas yang tinggi dan kelenjar sebaseus yang berada di bawah permukaan kulit.
Jerawat sangat berhubungan dengan pemilihan makanan. Makanan berlemak, minuman beralkohol, susu, kacang, gula, dan coklat adalah penyebab utama. Beberapa penelitian yakin jika masukan rendah zink dan konsumsi tinggi alkohol juga merupakan penyebab timbulnya jerawat.


















Berdasarkan teori-teori yang telah dijabarkan di atas dapat disimpulkan bahwa gizi sangat penting bagi remaja karena dapat mempengaruhi pertumbuhan remaja. Dalam pertumbuhan remaja dibutuhkan zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur yang disebut triguna makanan. Ketika remaja memasuki masa pertumbuhan dalam mengkonsumsi gizi sebaiknya memenuhi standar gizi seimbang, karena jika kekurangan gizi dapat menyebabkan anemia dan KEK bahkan jerawat, sedangkan jika kelebihan gizi dapat menyebabkan obesitas.
Selain itu, status gizi juga mempengaruhi sistem reproduksi karena untuk persiapan wanita remaja menjadi calon ibu setelah masa pubertas. Masa pubertas pada wanita ini ditandai dengan menstruasi. Cepat lambatnya remaja mengalami pubertas dipengaruhi oleh keadaan gizi. Jika gizi remaja baik maka akan lebih cepat mengalami pubertas, sedangakan jika gizinya kurang dapat memperlambat pubertas.






























http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCYQFjAA&url=http%3A%2F%2Frepository.unhas.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F2692%2FB35%2520PERILAKU%2520GIZI%2520SEIMBANG%2520PADA%2520REMAJA.docx%3Fsequence%3D1&ei=8UseU-_MKsLmiAfp2YCYBA&usg=AFQjCNEwOHsXd9l2svHDYBqh-9N-Al-nGA&sig2=dYDrEpUxpkU9_3vlwXsNUg&bvm=bv.62788935,d.aGc


Adriani, meriana & bambang wiratmaja. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana Prena Gramedia Grup.
Sibagarian, A.A. 2010. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Proverawati, A & Sitiaspuah. 2009. Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Muha Medika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar