BAB I
PENDAHULUAN
Usia remaja merupakan usia dimana
memulai periode maturasi fisik, emosi, sosial dan seksual menuju dewasa. Setiap
orang pasti menginginkan sehat, maka harus diperhatikan gizi apa saja yang
dibutuhkan oleh tubuh jangan sampai mengalami kekurangan atau kelebihan tanpa
harus seimbang. Remaja dan dewasa merupakan usia yang produktif, termasuk
sistem reproduksinya sudah mulai menunjukkan kematangan.
Banyak kaum remaja dan dewasa yang
menjalankan diet karena khawatir dengan penampilannya. Boleh melakukan diet
asal sehat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tentang kualitas kesehatan
seseorang yaitu faktor pengetahuan tentang gizi dan kesehatan, faktor
pendidikan dan ekonomi. Makanan yang bergizi seimbang akan mendukung bagi
kesehatan reproduksi seorang wanita.
Dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu
kegiatan kita memerlukan adanya energi di dalam tubuh kita. Semakin banyak
energi yang ada pada tubuh kita, maka semakin banyak kegiatan yang bisa kita
lakukan. Tetapi dengan keadaan yang saat ini serba instan atau serba mudah,
maka gizi yang seimbang sangatlah susah di capai untuk anak dan remaja yang
aktif sehingga kesehatanpun terabaikan.
Oleh sebab itu, diharapkan para remaja dan dewasa
harus memperhatikan keseimbangan gizi yang dibutuhkan untuk tubuh kita karena
kesimbangan gizi sangat penting untuk pertumbuhan, perkembangan dan membangun
sistem imun yang baik dan kuat agar tidak mudah terjangkit oleh penyakit.
1. Apakah
pengertian gizi?
2. Bagaimana
prinsip gizi bagi anak remaja dan dewasa?
3. Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi gizi seimbang?
4. Apa
saja kebutuhan gizi seimbang?
5. Bagaimana
pengaruh status gizi terhadap sistem reproduksi?
6. Bagaimana
masalah gizi pada remaja dan dewasa?
1. Mengetahui
pengertian gizi.
2. Mengetahui
prinsip gizi bagi anak remaja dan dewasa.
3. Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi.
4. Mengetahui
kebutuhan gizi seimbang.
5. Mengetahui
status gizi terhadap sistem reproduksi.
6. Mengetahui
masalah-masalah gizi pada remaja dan dewasa.
1.
Membantu remaja untuk mengetahui
pentingnya pemenuhan gizi dalam kehidupannya sehari-hari.
2.
Membantu menambah wawasan
pengetahuan tentang gizi pada remaja dan orang dewasa.
Kata gizi
berasal dari bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan. WHO mengartikan
ilmu gizi sebagai Ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme
hidup. Proses tersebut mencakup pengambilan dan pengolahan zat padat dan cair
dari makanan (proses pencernaan, transport dan ekskresi) yang di perlukan untuk
memelihara kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya organ tubuh dan menghasilkan
energi.
Gizi
adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absopsi, tranportasi, penyimpanan, metabolisme, dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan (Sibagariang,
2010).
Status
gizi adalah ekspesi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu
atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel
tertentu.
Makanan yang
beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang
diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi
biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga,
pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah
satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi
serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan
menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur.
Makanan
sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,
kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak
juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas
sehari-hari. Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan
nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan
adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju.
Zat pembangun
berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan
seseorang. Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan
buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan
untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.
Prinsip Gizi
Pada Remaja Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat
dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial. Pada masa ini terjadi
kematangan seksual dan tercapainya bentuk dewasa karena pematangan fungsi
endokrin. Pada saat proses pematangan fisik, juga terjadi perubahan komposisi
tubuh. Periode Adolesensia ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (Growth Spurt) baik tinggi badannnya
maupun berat badannya. Pada periode growth
spurt, kebutuhan zat gizi tinggi karena berhubungan dengan besarnya tubuh. Growth Spurt anak perempuan umur 10
sampai 12 tahun sedangkan anak laki-laki
umur 12 sampai 14 tahun.
Permulaan growth
spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan tergantung
individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh pertumbuhan
aktivitas fisik sehingga kebutuhan zat gizi akan naik pula.
Penyelidikan
membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai usia lebih dari 20 tahun, maka
pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Ini berarti, makanan tidak
lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk mempertahankan keadaan
gizi yang sudah didapat atau membuat gizinya menjadi lebih baik. Dengan
demikian, kebutuhan akan unsur-unsur gizi dalam masa dewasa sudah konstan,
kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya, seperti sakit dan
sebagainya. Sehingga mengharuskan dia mendapatkan kebutuhan zat gizi yang lebih
dari biasanya.
Kebutuhan
Energi Remaja
Konsumsi energi yang berasal dari
makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seorang bila
seseorang mempunyai ukuran dan koposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang
sesuai dengan kesehatan jangka panjang, dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan
secara sosial dan ekonomi (Almatsier, 2002). Kebutuhan anak laki-laki dan
perempuan berbeda. Anak laki-laki banyak melakukan aktivitas fisik sehingga
membutuhkan energi. Sedangkan perempuan mengalami haid sehingga banyak
memerlukan protein dan zat gizi. (RSCM,
2002).
Berdasarkan zat gizi yang ada
didalam makanan, maka dikelompokkan menjadi 3 kelompok yang sering disebut
dengan Tri Guna makanan yaitu:
a. Sumber
zat tenaga untuk melakukan berbagai aktivitas. Makanan yang mengandung sumber
zat tenaga adalah yang mengandung
karbohidrat.
b. Sumber
zat pembangun untuk pembentukan, pertumbuhan dan pemeliharaan. Bahan makanan
yang mengandung zat pembangun adalah protein, baik nabati maupun hewani.
c. Sumber
zat pengatur untuk mengatur penggunaan zat-zat gizi didalam tubuh. Bahan yang
mengandung zat pengatur adalah vitamin dan mineral. (Seri Ayah Bunda, 2000)
Kekurangan energi
akan menjadikan tubuh mengalami keseimbangan negatif. Akibatnya berat
badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal). Bila terjadi pada bayi dan
anak-anak akan menghambat pertumbuhan dan pada orang dewasa menyebabkan
penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh (Almatsier, 2002).
Kelebihan energi akan diubah
menjadi lemak tubuh. Ini berakibat terjadi berat badan lebih atau kegemukan.
Kegemukan biasanya disebabkan oleh kebanyakan makan, dalam hal karbohidrat,
lemak maupun protein, tetapi juga karena kurang bergerak (Almatsier, 2002).
Tabel
berikut ini memuat perkiraan kebutuhan berbagai zat gizi pada usia remaja.
Anjuran
kecukupan gizi pada usia remaja (13-18 tahun)
Jenis kelamin
|
Umur (thn)
|
Berat (kg)
|
Kebutuhan zat gizi
|
|||
Energi (kal)
|
Protein (gr)
|
Vit. A (RE)
|
Fe (mg)
|
|||
Laki-laki
|
13 – 15
16 – 19
|
45
56
|
2400
2500
|
64
66
|
600
600
|
17
23
|
Wanita
|
13 – 15
16 – 19
|
46
50
|
2100
2000
|
62
51
|
500
500
|
19
25
|
Kebutuhan
gizi remaja relatif besar, karena mereka masih mengalami pertumbuhan. Selain
itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih banyak dibanding usia
lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih besar, yaitu :
1. Energi
Faktor yang
perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah aktivitas
fisik, seperti olahraga yang diikuti baik dalam kegiatan di sekolah maupun di
luar sekolah. Remaja yang aktif dan banyak melakukan olahraga memerlukan asupan
energi yang lebih besar dibandingkan yang kurang aktif.
Sejak lahir
hingga usia 10 tahun, energi yang dibutuhkan relatif sama dan tidak dibedakan
antara laki-laki dan perempuan. Pada masa remaja terdapat perbedaan kebutuhan
energi untuk laki-laki dan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh dan
kecepatan pertumbuhan.
Kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa
muda perempuan 2000-1200 kkal sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal
setiap hari.
AKG energi ini dianjurkan sekitar 60% berasal dari
sumber karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat adalah: beras, terigu dan hasil
olahannya (mie, spagetti, macaroni), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung,
gula, dan lain-lain.
2. Protein
Kebutuhan protein juga meningkat pada masa remaja,
karena proses pertumbuhan yang sedang terjadi dengan cepat. Pada awal masa
remaja, kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki,
karena memasuki masa pertumbuhan cepat lebih dulu.
Pada akhir
masa remaja, kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan
karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein bagi remaja 1,5 – 2,0 gr/kg
BB/hari. AKG protein remaja dan dewasa muda adalah 48-62 gr per hari untuk
perempuan dan 55-66 gr per hari untuk laki-laki.
Makanan sumber protein hewani bernilai biologis lebih
tinggi dibandingkan sumber protein nabati, karena komposisi asam amino esensial
yang lebih baik, dari segi kualitas maupun kuantitas. Berbagai sumber protein
adalah: daging merah (sapi, kerbau, kambing), daging putih (ayam, ikan,
kelinci), susu dan hasil olahannya (keju, mentega, yakult), kedele dan hasil
olahannya (tempe, tahu), kacang-kacangan, dan lain-lain.
3. Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi
karena akselerasi muscular, skeletal /
kerangka dan perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan masa anak dan
dewasa. Lebih dari 20 persen pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50 persen
massa tulang dewasa dicapai pada masa remaja. AKG kalsium untuk remaja dan
dewasa muda adalah 600-700 mg per hari untuk perempuan dan 500-700 mg untuk
laki-laki. Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil olahannya.
Sumber kalsium lainnya ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan lain-lain.
4. Zat Besi
Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya
pertumbuhan cepat. Kebutuhan zat besi pada remaja laki-laki meningkat karena
ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi haemoglobin (Hb).
Setelah dewasa, kebutuhan zat besi menurun. Pada
perempuan, kebutuhan yang tinggi akan zat besi terutama disebabkan kehilangan
zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan
terhadap anemia zat besi dibandingkan laki-laki.
Perempuan
dengan konsumsi zat besi yang kurang atau mereka dengan kehilangan zat besi
yang meningkat, akan mengalami anemia gizi zat besi. Sebaliknya defisiensi zat
besi mungkin merupakan limiting faktor untuk pertumbuhan pada masa remaja,
mengakibatkan tingginya kebutuhan mereka akan zat besi.
Hal lain yang perlu diingat, adalah bioavailability dari makanan umumnya
sangat rendah yaitu kurang dari 10
persen. Sumber zat besi dari hewani mempunyai bioavailability yang lebih tinggi dibandingkan sumber nabati.
Status zat besi dalam tubuh juga mempengaruhi
efisiensi penyerapan zat besi. Pada remaja dengan defisiensi zat besi maka
penyerapan zat besi akan lebih efisien dibandingkan yang tidak defisiensi zat
besi. Yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi dari sumber nabati adalah
vitamin C serta sumber protein hewani tertentu (daging dan ikan). Sedangkan zat
yang dapat menghambat penyerapan zat besi antara lain adalah cafein, tannin,
fitat, zinc, dan lain-lain.
AKG besi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 19-26
mg setiap hari, sedangkan untuk laki-laki 13-23 mg per hari. Makanan yang banyak
mengandung zat besi adalah hati, daging merah (sapi, kambing, domba), daging
putih (ayam, ikan), kacang-kacangan, sayuran hijau.
5. Seng (Zinc)
Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan
seksual remaja, terutama untuk remaja laki-laki. AKG seng adalah 15 mg per hari
untuk remaja dan dewasa muda perempuan dan laki-laki.
6. Vitamin
Kebutuhan
vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan dan perkembangan
cepat yang terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka kebutuhan beberapa
vitamin pun meningkat, antara lain yang berperan dalam metabolisme karbohidrat
menjadi energi seperti vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk sintesa DNA dan RNA
diperlukan vitamin B6, asam folat dan vitamin B12, sedangkan untuk pertumbuhan
tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Dan vitamin A, C dan E untuk
pembentukan dan penggantian sel.
Faktor yang menyebabkan kekurangan
gizi telah diperkenalkan UNICEF dan telah digunakan secara internasional, yang
meliputi beberapa tahapan penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita, baik
penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok masalah. Berdasarkan
Soekirman dalam aksi pangan dan gizi
nasional (Depkes, 2000). Penyebab kurang gizi dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pertama,
penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita
anak. Penyakit gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi
juga karena penyakit. Anak yang mendapatkan makanan yang baik tetapi karena
sakit diare atau demam dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang
makanannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh anak akan melemah dan mudah
terserang penyakit.
2. Kedua,
penyebab tidak langsung ketahanan pangan dikeluarga, pola pengasuhan anak serta
pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan adalah kemampuan
keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga jalam jumlah
yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan kemapuan keluarga untuk
menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal baik fisik, mental dan sosial. Pelayanan
kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana
pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh keluarga.
3.
Kebiasaan makan yang buruk
Kebiasaan makan yang
buruk yang berpangkal pada kebiasaan makan keluarga yang juga tidak baik sudah
tertanam sejak kecil akan terus terjadi pada usia remaja. Mereka makan seadanya
tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai zat gizi dan dampak tidak dipenuhinya
kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka.
Penelitian yang
dilakukan oleh Jeong A. Kim di Korea (2001) menemukan bahwa pola makan pada
remaja mempengaruhi status gizi mereka. Penelitian ini mengelompokkan remaja
pada tiga pola makan. Pertama, yang disebut dengan pola makan tradisional
Korea, merupakan pola makan yang banyak mengkonsumsi Kimchi dan nasi, ikan dan
rumput laut. Kedua, yang disebut pola makan barat, merupakan pola makan yang
banyak mengkonsumsi tepung dan roti, hamburger, pizza, makanan ringan dan
sereal, gula dan makanan manis. Ketiga, yang disebut pola makan modifikasi,
merupakan pola makan yang banyak mengkonsumsi mie, tetapi diselingi dengan
kimchi dan nasi. Ditemukan kejadian obesitas sentral paling tinggi pada pola
makan barat (16,8%) dari pada pola makan
tradisional Korea (9,76%) dan pola makan modifikasi (9,75%)10
Lena Hamstrong
menemukan bahwa di Eropa sekitar 34% remaja melewatkan sarapan di pagi hari.
Dan kebiasaan sarapan pada remaja dipengaruhi oleh kebiasaan orang tua mereka.
Cara S. DeJong menemukan bahwa faktor lingkungan dan kebiasaan kognitif
berhubungan dengan kebiasaan sarapan pada remaja. Michael J menemukan bahwa remaja yang memiliki
kebiasaan sarapan memiliki kecendrungan untuk tidak mengalami obesitas.
4.
Pemahaman gizi yang keliru
Tubuh yang langsing
sering menjadi idaman bagi para remaja terutama wanita remaja. Hal itu sering
menjadi penyebab masalah, karena untuk memelihara kelangsingan tubuh mereka
menerapkan pengaturan pembatasan makanan secara keliru. Sehingga kebutuhan gizi
mereka tak terpenuhi. Hanya makan sekali sehari atau makan makanan seadanya,
tidak makan nasi merupakan penerapan prinsip pemeliharaan gizi yang keliru dan
mendorong terjadinya gangguan gizi. Penelitian yang dilakukan oleh Ruka
Sakamaki, dkk (2004) menemukan bahwa pelajar wanita di China memiliki keinginan
yang besar untuk menjadi langsing (62,0%) dibandingkan dengan pelajar lelaki
(47,4%). Demikian pula dengan studi sebelumnya yang dilakukan di Jepang,
perubahan gaya hidup telah menyebabkan sebagian besar pelajar wanita memiliki
keinginan untuk menjadi langsing, meskipun jumlah responden yang mengalami
obesitas sangat sedikit pada studi tersebut. Di tahun 2005, mereka menemukan
bahwa sebagian besar responden yang memiliki IMT normal, ternyata menginginkan
ukuran tubuh dengan IMT yang tergolong kurus (BMI : 18,4+ 3,4).
5.
Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan
tertentu
Kesukaan yang
berlebihan terhadap makanan tertentu saja menyebabkan kebutuhan gizi tak
terpenuhi. Keadaan seperti itu biasanya terkait dengan mode yang tengah tenar dikalangan
remaja. Ditahun 1960an misalnya remaja-remaja di Amerika Serikat sangat
menyukai makanan hotdog dan minuman cola-cola.
Kebiasaan ini kemudian menyebar ke remaja-remaja diberbagai negara lain
termasuk di Indonesia.
6.
Promosi yang berlebihan melalui media massa
Usia remaja
merupakan usia dimana mereka sangat tertarik pada hal-hal baru. Kondisi
tersebut dimanfaatkan oleh pengusaha makanan untuk mempromosikan produk mereka
dengan cara yang sangat mempengaruhi remaja. Padahal, produk makanan tersebut
bukanlah makanan yang sehat bila dikonsumsi dalam jumlah
yang berlebihan.
7.
Masuknya
produk-produk makanan baru yang berasal dari negara lain secara bebas
mempengaruhi kebiasaan makan para remaja
Jenis-jenis makanan
siap santap (fast food) yang berasal
dari negara barat seperti hotdog, pizza, hamburger, fried chicken dan french
fries, berbagai jenis makanan berupa kripik (junk food) sering dianggap sebagai lambang kehidupan modern oleh
para remaja. Padahal berbagai jenis fast food itu mengandung kadar lemak
jenuh dan kolesterol yang tinggi disamping kadar garam. Zat-zat gizi itu memicu
terjadinya berbagai penyakit kardiovaskuler
pada usia muda.
Penelitian yang
dilakukan oleh Kerry N. Boutelle, dkk (2005) menemukan bahwa konsumsi fast food berhubungan dengan berat badan
orang dewasa namun tidak pada remaja. Hal tersebut disebabkan karena remaja
membutuhkan banyak kalori untuk aktivitasnya, sehingga fast food tidak mempengaruhi status gizi mereka untuk menjadi
obesitas. Namun, konsumsi fast food
bisa meningkatkan risiko bagi para remaja untuk menjadi obesitas pada saat
dewasa.
Usia reproduksi, tingkat aktivitas sangat mempengaruhi
kebutuhan energi pada remaja. Pengaruh gizi / nutrisi sangat diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan sistem reproduksi. Kekurangan nutrisi pada
seorang yang mengalami anemia
dan kurang berat badan lebih banyak akan melahirkan bayi dengan berat badan
yang rendah, dibandingkan dengan wanita dengan usia reproduksi yang aman untuk hamil.
Kekurangan zat gizi pada ibu hamil yang menderita anemia dan kurang berat badan akan
lebih mempunyai kesempatan untuk melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR) dibanding
dengan ibu
hamil yang dengan asupan gizi yang cukup dan seimbang.
Pada wanita remaja
usia 15-21 tahun status gizi sangat
penting karena merupakan persiapan calon ibu karena telah memasuki masa pubertas. Pubertas
adalah suatu masa pematangan kapasitas reproduksi. Pada anak perempuan ditandai
dengan menstruasi.
Cepat lambatnya seseorang mengalami pubertas antara lain
dipengaruhi oleh keadaan gizi. Seorang anak yang gizinya lebih baik akan lebih cepat mengalami
masa pubertas, sebaliknya anak yang gizinya kurang baik akan terlambat mengalami pubertas. Tidak ada
ketentuan secara tepat kapan mulai akan terjadi periode yang pertama kali,
namun hal ini akan terjadi antara usia 10-14 tahun, tapi sedikit lebih awal
atau lebih lambat tidak semua anak sama. Pada remaja, energi dan protein dibutuhkan lebih
banyak daripada orang dewasa, demikian pula vitamin dan mineral. Vitamin
B1, B2 dan B6 sangat penting untuk metabolisme karbohidrat menjadi energi.
Demikian pula asam folat dan vitamin B12 untuk pembentukan sel
darah merah, dan vitamin A untuk pertumbuhan yang diperlukan oleh jaringan.
Kebutuhan energi dan nutrisi pada remaja dipengarhi oleh usia
reproduksi, tingkat aktivitas dan status nutrisi. Nutrisi yang dibutuhkan
sedikit lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan remaja tersebut.
Remaja yang berasal dari sosial
ekonomi rendah sumber makanan pokok
kurang terpenuhi, dan mempunyai resiko defisisensi zat besi sebelum
hamil. Pemberian tambahan energi diberikan kepada remaja dengan berat badan
rendah. Penambahan energi didapatkan dengan meningkatkan nafsu makan, akan
tetapi seorang remaja sering terlalu memperhatikan penambahan berat badannya.
Seorang remaja dapat mengalami peningkatan resiko defisisensi zat besi, karena
kebutuhan yang meningkat sehubungan dengan pertumbuhan.
a.
Obesitas
Obesitas adalah kegemukan atau kelebihan berat badan. Di kalangan
remaja, obesitas merupakan permasalahan yang mengkhawatirkan, karena dapat
menurunkan rasa percaya diri seseorang dan menyebabkan gangguan psikologis yang
serius. Belum lagi kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar.
Dapat di bayangkan jika obesitas terjadi pada remaja, maka remaja tersebut akan
tumbuh menjadi remaja yang kurang percaya diri. Berdasarkan data dari Riskesdas
2007, prevalensi obesitas sentral pada usia 15-24 tahun adalah 8,09 persen.
Penelitian yang dilakukan oleh Rollan Cahcera (2000) terhadap remaja
pada beberapa wilayah di Eropa Barat menemukan bahwa terjadi peningkatan prevalensi obesitas pada remaja.
Rata-rata asupan energi para remaja tersebut terlihat cukup, namun konsumsi lemak
jenuh menunjukkan peningkatan dan konsumsi serat justru menurun. Rata-rata
asupan mikconutrient menunjukkan
angka yang sesuai dengan standar. Namun, pada remaja putri asupan zat besi dan
kalsium masih rendah. Selain itu, ditemukan juga masalah-masalah seperti
merokok, mengkonsumsi makanan dengan kualitas gizi yang rendah dan diet yang
salah. Al sendi juga menemukan hal serupa di Bahrain. Terlihat terjadi peningkatan prevalensi obesitas pada remaja. Lazeery
di Italia justru menemukan trend yang berbeda. Dimana dari tahun ke tahun, prevalensi obesitas pada remaja di
Tuscany Italia justru mengalami penurunan. Dan penurunan tersebut berbanding
lurus dengan peningkatan kelompok umur pada remaja.
b.
Kurang Energi Kronis (KEK)
Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis (KEK) pada umumnya disebabkan karena makan
terlalu sedikit. Penurunan berat badan secara drastis pada remaja perempuan
memiliki hubungan erat dengan faktor emosional. Salah satunya, takut gemuk
seperti ibunya atau dipandang kurang seksi oleh lawan jenis. Makan
makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein termasuk
makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan yang
mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu perlu
dikonsumsi oleh para remaja tersebut sekurang-kurangnya sehari sekali.
c.
Anemia
Remaja
putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia. Anemia adalah
suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal.
Pada laki-laki hemoglobin normal adalah 14 – 18 gr % dan eritrosit 4,5 -5,5
jt/mm. Sedangkan pada perempuan hemoglobin normal adalah 12 – 16 gr % dengan
eritrosit 3,5 – 4,5 jt/mm.
Remaja
putri lebih mudah terserang anemia karena:
1)
Pada umumnya lebih banyak
mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan
dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.
2)
Remaja putri biasanya ingin tampil
langsing, sehingga membatasi asupan makanan.
3)
Setiap hari manusia kehilangan zat
besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya melalui feses.
Selain
itu, remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi ±
1,3 mg perhari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria.
d.
Jerawat
Sekitar 50% remaja mempunyai masalah dengan jerawat.
Jerawat pada remaja merupakan keadaan yang normal akibat dari pengaruh
hormonal. Jerawat disebabkan oleh aktivitas yang tinggi dan kelenjar sebaseus
yang berada di bawah permukaan kulit.
Jerawat
sangat berhubungan dengan pemilihan makanan. Makanan berlemak, minuman
beralkohol, susu, kacang, gula, dan coklat adalah penyebab utama. Beberapa
penelitian yakin jika masukan rendah zink dan konsumsi tinggi alkohol juga
merupakan penyebab timbulnya jerawat.
Berdasarkan teori-teori yang telah dijabarkan di
atas dapat disimpulkan bahwa gizi sangat penting bagi remaja karena dapat
mempengaruhi pertumbuhan remaja. Dalam pertumbuhan remaja dibutuhkan zat
tenaga, zat pembangun dan zat pengatur yang disebut triguna makanan. Ketika
remaja memasuki masa pertumbuhan dalam mengkonsumsi gizi sebaiknya memenuhi
standar gizi seimbang, karena jika kekurangan gizi dapat menyebabkan anemia dan
KEK bahkan jerawat, sedangkan jika kelebihan gizi dapat menyebabkan obesitas.
Selain itu, status gizi juga mempengaruhi sistem
reproduksi karena untuk persiapan wanita remaja menjadi calon ibu setelah masa
pubertas. Masa pubertas pada wanita ini ditandai dengan menstruasi. Cepat
lambatnya remaja mengalami pubertas dipengaruhi oleh keadaan gizi. Jika gizi
remaja baik maka akan lebih cepat mengalami pubertas, sedangakan jika gizinya
kurang dapat memperlambat pubertas.
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCYQFjAA&url=http%3A%2F%2Frepository.unhas.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F2692%2FB35%2520PERILAKU%2520GIZI%2520SEIMBANG%2520PADA%2520REMAJA.docx%3Fsequence%3D1&ei=8UseU-_MKsLmiAfp2YCYBA&usg=AFQjCNEwOHsXd9l2svHDYBqh-9N-Al-nGA&sig2=dYDrEpUxpkU9_3vlwXsNUg&bvm=bv.62788935,d.aGc
Adriani,
meriana & bambang wiratmaja. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.
Jakarta: Kencana Prena Gramedia Grup.
Sibagarian,
A.A. 2010. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Proverawati,
A & Sitiaspuah. 2009. Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Muha Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar