Pendekatan Manajemen SDM
Dalam mempelajari MSDM ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu
1.Pendekatan mekanis,
2.Pendekatan paternalis, dan
3.Pendekatan sistem sosial.
1. Pendekatan Mekanis
Mekanisasi
(oromazisasi) adalah mengganti peranan tenaga kerja manusiadengan tenaga mesin
untuk melakukan pekerjaan. Penggantian ini didasarkankepada pertimbangan
ekonomis, kemanusiaan, efektivitas, dan kemampuan yanglebih besar dan lebih
baik.
Pendekatan
mekanis ini menitikberatkan analisisnya kepada spesialisasi,efektivitas,
standardisasi, dan memperlakukan karyawan sama dengan mesin.Spesialisasi
semakin mendalam dan pembagian kerja semakin mendetail sebagaiakibat
perkembangan perusahaan dan kemajuan teknologi canggih. Dalam hal iniseorang
pekerja hanya mengerjakan satu jenis pekerjaan saja.
Pendekatan
mekanis ini akan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah berikut.
A. Pengangguran
teknologis.
B. Keamanan
ekonomis.
C. Organisasi
buruh.
D. Kebanggaan
dalam pekerjaan.
A. Pengangguran
Teknologis
Mekanisasi
berarti bahwa pekerjaan yang dilaksanakan dengan metode padat karya (labor
intensive) menjadi metode utama modal (capital intensive).Penggantian metode
kerja ini akan mengakibatkan banyak pekerja yangkehilangan pekerjaannya, sebab
tenaga satu mesin dapat mengganti pekerjaandari banyak orang.
B. Keamanan
Ekonomis
Keamanan
ekonomis dimaksudkan ketika seseorang karyawan takutdiPHK, sehingga dia
kehilangan pekerjaan yang mengakibatkan kehilangan pendapatannya.
C. Organisasi
Buruh
Pengangguran
teknologi, keamanan ekonomis dan politis mendorongterbentuknya organisasi buruh
atau serikat-serikat buruh. Organisasi buruh inimulanya terbentuk dalam setiap
perusahaan, tetapi kemudian berkembanglahorganisasi buruh nasional dan
internasional.
Organinisasi
buruh ini berkembang dan semakin kuat dengan tujuan utamamelindungi kepentingan
buruh dari perlakuan yang sewenang-wenang olehmajikan atau manajer serta
ditunggangi oleh unsur-unsur politis dari golongan-golongan tertentu.
Reaksi
manajer atau majikan untuk menghadapi organisasi buruh, antara lain
menolak mempekerjakan mereka yang menjadi anggota serikat organisasi buruh,
membuat daftar hitam (black list) mengenai orang-orang yang telah masuk
organisasi buruh dan daftar ini diedarkan kepada perusahaan-perusahaanlain, dan
memasukkan unsur politik sebagai alasan penolakan pembentukanorganisasi buruh
di perusahaan.
D. Kebanggaan
dalam Pekerjaan
Dengan
pembagian kerja yang berdasarkan spesialisasi secara mendetailmaka setiap buruh
hanya mengerjakan semacam pekerjaan saja. Hal ini akanmeningkatkan
keterampilannya, tetapi di sisi lain pekerjaan menjadimembosankan, dan
kebanggaan terhadap pekerjaan semakin rendah, sebabhasil akhir dari pekerjaan
itu dirasa kurang berarti.
2. Pendekatan Paternalis
Pada
pendekatan paternalis (paternalistic approach), manajer untuk peng-arahan
bawahannya bertindak seperti bapak terhadap anak-anaknya. Para bawahan
diperlakukan dengan baik, fasilitas-fasilitas diberikan. Bawahan diperlakukan
dengan baik, fasilitas-fasilitas diberikan, bawahan dianggapsebagai
anak-anaknya. Misalnya, diberikan pinjaman uang serta didirikan tokosehingga
karyawan dapat membeli keperluannya secara kredit.
3. Pendekatan Sistem Sosial
Pendekatan
sistem sosial ini memandang bahwa organisasi / perusahaanadalah suatu sistem
yang kompleks yang beroperasi dalam lingkungan yangkompleks yang bisa disebut
sebagai sistem yang ada di luar.
Manajer
mengakui dan menyadari bahwa tujuan organisasi / perusahaan baruakan tercapai
jika terbina kerja sama yang harmonis antara sesama karyawan, bawahan dengan
atasan, serta terjadi interaksi yang baik di antara semuakaryawan. Pemikiran
ini didasarkan pada adanya saling ketergantungan, interaksi,dan keterkaitan di
antara sesama karyawan.
Sistem
adalah suatu proses yang terdiri dari berbagai unsur atau komponenyang satu
sama lain berkaitan secara struktural dan fungsional, saling menunjangdan
mengisi, sesuai dengan peran dan kedudukan masing-masing namunkeseluruhannya
secara mutlak didukung oleh setiap komponen, betapapun kecilnilainya.
Jadi
setiap sistem mengandung masukan (input), proses, keluaran (output),dan
merupakan sebuah kesatuan yang bekerja sendiri.
Komunikasi
yang diterapkan hendaknya komunikasi dua arah (two way /trafic), dan umpan
balik (feed buck) yang positif. Dengan komunikasi dua arahmaka akan terbina
saling pengertian, yang akhirnya terbentuk suatu hubungansosial yang baik dan
menguntungkan.
BAB I
PENGERTIAN MSDM DAN MANAJEMEN
PERSONALIA, PERANAN SDM, SEJARAH, DAN PENDEKATAN MSDM
A.
Umum
Pada umumnya, negara
diklasifikasikan menjadi negara maju, berkembang dan negara miskin. Perbedaan
tersebut dikarenakan oleh perbedaan tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi
serta tingkat ekonomi. Negara yang maju, untuk tingkat ilmu pengetahuan dan
teknologinya sudah sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam
teknologi tingkat tinggi yang sudah digunakan diberbagai bidang dan juga banyaknya
penemuan-penemuan ilmiah yang ada. Dibidang ekonomi, pada negara maju tingkat
ekonominya sudah mapan. Pendapatan perkapitanya sudah tinggi, sehingga
kesejahteraan masyarakatnya sudah baik. Contoh negara-negara maju antara lain, Jepang, Amerika, Jerman, Perancis
dan sebagainya. Sedangkan, untuk negara yang sedang berkembang, tingkat ilmu
pengetahuan dan teknologi serta ekonominya masih perlu ditingkatkan. Dibidang
teknologi, negara berkembang banyak memanfaatkan teknologi yang ditemukan oleh
negara-negara maju. Jadi lebih banyak hanya sebagai pengguna teknologi.
Penemuan-penemuan dibidang teknologi belum banyak. Tingkat ekonominya juga
masih dalam taraf perkembangan, misalnya pendapatan perkapita yang masih rendah
dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang belum tinggi. Contoh negara berkembang
adalah Indonesia, Malaysia, India dan sebagainya. Yang dimaksud negara miskin
adalah negara yang tingkat ilmu pengetahuan, teknologi dan ekonominya masih
tergolong rendah. Negara-negara ini masih banyak memerlukan bantuan dan
tergantung pada negara maju dan berkembang.
Di
negara-negara yang sedang berkembang, pada umumnya mempunyai
keunggulan-keunggulan yang bersifat komparatif, misalnya kekayaan alam, letak
geografis dan tenaga kerja yang banyak. Kekayaan alam yang melimpah pada negara
berkembang antara lain dari hasil bumi ( minyak, batubara, emas), Hasil hutan
(Kayu) dan hasil lautan (ikan, rumput laut, hasil keramba) dan sebagainya.
Letak geografis negara berkembang biasanya cukup strategis untuk jalur
perdagangan maupun pelayaran. Misalnya Indonesia yang mempunyai letak yang
sangat strategis yaitu diantara dua benua besar yaitu benua asia dan
Australia dan diantara dua samudera yaitu samudera Pasifik dan samudera Hindia.
Jumlah penduduk yang banyak juga menjadi aset
yang baik bagi negara berkembang kalau kualitas penduduk tersebut baik. Namun,
kekayaaan alam yang berlimpah, letak geografis yang strategis dan banyaknya
tenaga kerja tetapi murah dan tidak terampil, belum dapat memberikan nilai
tambah bagi usaha dalam meningkatkan kemajuan suatu negara. Pada masa sekarang
ini, orang sudah mulai memikirkan bagaimana caranya agar keunggulan komparatif
yang sudah dimiliki dapat dipadukan dengan keunggulan-keunggulan kompetitif.
Keunggulan kompetitif anatara lain adanya sumber daya manusia yang berkualitas,
sehingga mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang unggul untuk bersaing
diberbagai bidang dalam memasuki globalisasi.
Pada
abad 21 ini, persaingan dalam berbagai bidang sangatlah ketat. Negara harus
sudah mulai memikirkan bagaimana agar dapat bersaing dengan negara-negara lain
didunia, terutama dengan mengedepankan keunggulan kompetitifnya. Berdasarkan
hasil riset dari United Nation and Development Program (UNDP) tahun 2005,
Indonesia berada di peringkat 110 dari 175 negara dalam hal kualitas Sumber
Daya Manusianya, dibawah malaysia (56) dan vietnam (108) Untuk itulah perlu
adanya penanganan/pengelolaan yang serius dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang ada sekarang ini, karena tidak mudah untuk mengubah paradigma
atau kebiasaan-kebiasaan yang sudah mengakar di masyarakat yang sebetulnya
sangat merugikan bagi perkembangan kualitas sumber daya manusia. Apabila sumber
daya manusia yang ada dapat dtangani dengan baik niscaya akan dapat memberikan
sumbangan yang besar bagi kelangsungan persaingan negara dengan negara lain
didunia.
B.
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Sebelum
membahas tentang pengertian manajemen sumber daya manusia, terlebih dahulu akan
dikemukakan pengertian tentang manajemen dan pengertian sumber daya manusia.
Hal ini dimaksudkan agar lebih dapat memberikan gambaran yang menyeluruh dan
jelas tentang pengertian manajemen sumber daya manusia.
1. Pengertian manajemen
Pengertian manajemen telah banyak dirumuskan
oleh beberapa ahli. Pendapat dari satu ahli dengan yang lain mungkin dapat
berbeda-beda, tergantung dari sudut pandang yang ditekankan, tetapi mempunyai
tujuan yang hampir sama. Dibawah ini dikemukakan pengertian manajemen dari
beberapa pendapat sebagai berikut :
a). Menurut GR Terry
Manajemen adalah pencapaian tujuan yang
ditetapkan terlebih dahulu dengan menggunakan kegiatan orang lain.
b). Menurut The Liang Gie
Manajemen adalah segenap proses kegiatan untuk menggerakkan sekelompok
orang dan mengerahkan segenap fasilitas dalam suatu usaha kerjasama untuk
mencapai tujuan tertentu.
c) Menurut T. Hani Handoko
Manajemen dapat didefinisikan sebagai bekerja
dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai
tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau
kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan
(controlling).
d). Menurut SP.Siagian:
Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan
untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya dengan menggunakan kegiatan orang lain.
Dari beberapa pengertian manajemen di atas,
dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian manajemen adalah kemampuan untuk
menggerakkan orang atau fasilitas dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen
dalam usaha kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.
Pengertian di atas dapat memberikan gambaran,
bahwa ada beberapa unsur yang ada dalam pengertian manajemen, yaitu:
1) Adanya kemampuan untuk menggerakkan orang-orang dan semua
fasilitas yang ada dalam organisasi.
2) Kegiatan yang dilaksanakan berhubungan dengan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
3)
Adanya kerjasama
4) Adanya orang yang beraktivitas dalam organisasi tersebut.
5) Adanya tujuan yang perlu dicapai.
2. Pengertian Sumber Daya Manusia
“ Sumber Daya “ cenderung diartikan
dengan substansi tertentu yang mempunyai peranan besar yaitu hanya untuk sumber
daya alam. Misalnya : bahan bakar minyak, batubara, tanah, pohon, air dan lain
– lain yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan. Dalam perkembangan
selanjutnya para ahli mulai melihat pada kekuatan lain yang juga perlu dikaji
dan merupakan sesuatu yang penting yaitu kekuatan dari manusia.Dari hal
tersebut di atas, maka para ahli cenderung membedakan antara sumber daya alam
dan sumber daya manusia. Sumber daya alam sudah sangatlah jelas, yaitu segala
sesuatu yang berhubungan dengan bahan baku dan yang dapat dihasilkan dari alam.
Sedangkan sumber daya manusia adalah sesuatu yang berhubungan dengan
kualitas/potensi yang dimilki oleh manusia.
Heidjrachman
Ranupandojo mengemukakan bahwa sumberdaya manusia mengandung konotasi yaitu apa
yang dimiliki manusia seperti akal budi, perasaan kasih sayang, keinginan untuk
bebas, perasaan sosial, bakat berkomunikasi dengan pihak lain dan sebagainya.
Definisi
lain sumber daya manusia adalah potensi yang ada pada diri manusia yang dapat
dibedakan ke dalam 2 aspek yaitu aspek kuantitatif dan aspek kualitatif. Aspek
kuantitatif menyangkut jumlah sumber daya manusia (penduduk), sedangkan aspek
kualitas sumberdaya manusia menyangkut kemampuan fisik maupun non fisik.
Kualitas fisik berhubungan dengan gizi dan kesehatan jasmani. Kualitas non
fisik dapat dimaksudkan adalah semua kemampuan, keterampilan, kecakapan dan
penguasaan berbagai ilmu pengetahuan dan tehnologi.
3. Manajemen Sumber Daya Manusia
Istilah manajemen sumber daya
manusia menurut satu ahli dengan ahli yang lain sangatlah bervariasi. Ada
ahli yang mendefinisikan dengan berfokus pada kegiatan dari tenaga kerja yang
ada. Seperti yang dikemukakan oleh Henry Simamora manajemen sumber daya manusia
adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa dan pengelolaan
individu anggota organisasi atau kelompok pekerja.
Sedangkan
Barry cushway lebih menekankan pada adanya kepentingan strategis dan proses
dari aktivitas sumber daya manusia yang terus menerus untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Definisi selengkapnya manajemen sumber daya manusia
adalah rangkaian strategi, proses dan aktivitas yang didesain untuk menunjang
tujuan perusahaan dengan cara mengintegrasikan kebutuhan perusahaan dan
individu.
Dari
pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen
sumber daya manusia adalah kegiatan meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan semua unsur yang menjadi kekuatan atau daya manusia
untuk dipergunakan memenuhi kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan.
Fungsi operasional Manajemen sumber
daya manusia adalah :
1. Perencanaan tenaga kerja
Perencanaan
tenaga kerja merupakan operasi dari manajemen sumber daya manusia. Dengan
perencanaan tenaga kerja dimaksudkan ada upaya untuk merencanakan jumlah dan
jenis tenaga kerja yang tepat untuk memenuhi kebutuhan guna mencapai tujuan
organisasi ini. Fungsi ini mulai Analisis pekerjaan, rekruetmen, penempatan
samapai pada orientasi pekerjaan.
Kegiatan
rekruetmen atau penarikan sumber daya manusia bertujuan agar organisasi dapat
memperoleh sumber daya manusiaa sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan.
Aplikasi kegiatan ini adalah dengan adanya seleksi yang dilakukan untuk dapat
mengetahui sejauh mana pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oelah tenaga
kerja. Apabila sudah memenuhi syarat, maka tenaga kerja tersebut dapat
ditempatkan sesuai dengan keahliannya masing-masing.
2. Pengembangan Tenaga Kerja
Pengembangan tenaga kerja merupakan
suatu kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan–peningkatan kualitas tenaga
kerja sehingga dapat mengurangi ketergantungan organisasi untuk menarik
karyawan baru. Adapun tujuan pengembangan Sumber Daya Manusia di arahkan untuk
meningkatkan Sumber Daya Manusia yang pontensial tersebut menjadi tenaga kerja
yang produktif, serta mampu dan terampil sehingga menjadi efektif dan efisien
dalam mencapai tujuan organisasi.
Pengembangan
tenaga kerja dapat dilakukan dengan mengadakan diklat, promosi dan mutasi.
Pelaksanaan pendidikan dan latihan yang rutin, menjadikan tenaga kerja dapat
selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Promosi dapat
digunakan untuk pengembangan tenaga kerja, karena promosi merupakan perpindahan
karyawan ke jenjang yang lebih tinggi. Mutasi adalah perpindahan karyawan dari
satu unit ke unit yang lain tanpa merubah jenjang yang ada. Adanya mutasi ini
diharapkan karyawan mempunyai multi skill.
Adanya pengembangan tenaga kerja, baik
melalui pendidikan dan latihan, promosi maupun mutasi akan dapat memotivasi
karyawan untuk mempunyai kinerja yang baik sehingga dalam penilaian prestasi
kerja dapat maksimal.
3.
Penilaian Prestasi Kerja
Penilain
prestasi kerja merupakan salah satu aspek yang penting dalam pengelolaan sumber
daya manusia. Dengan adanya penilaian prestasi kerja, maka dapat diketahui
karyawan yang mempunyai prestasi kerja yang baik maupun yang kurang. Karyawan yang prestasi kerjanya kurang dapat
segera ditangani dengan baik. Sedangkan karyawan yang mempunyai prestasi kerja
baik, dapat dikembangkan potensinya.
4.
Pemberian Kompensasi
Fungsi pemberian kompensasi meliputi
kegiatan pemberian balas jasa kepada para karyawan. Kompensasi ini dapat
berrupa finansial maupun non finansial. Kegiatan disini meliputi penentuan
sistem kompensasi yang mampu mendorong prestasi karyawan, dan juga menentukan
besarnya kompensasi yang akan diterima oleh masing–masing pekerja secara adil.
5.
Pemeliharaan Tenaga Kerja
Di dalam pemeliharaan tenaga kerja
ada pelaksanan aspek ekonomis dan non ekonomis yang diharapkan dapat memberikan
ketenangan kerja dan konsentrasi penuh bagi pekerja guna menghasilkan prestasi
kerja yang di harapkan oleh organisasi. Aspek ekonomis berhubungan dengan pemberian kompensasi
yang berupa gaji dan bonus yang sebanding dengan hasil kerjanya. Aspek non
ekonomis berupa adanya jaminan kesehatan, kesejahteraan dan keamanan serta
kenyamanan dalam bekerja. Adanya kegiatan pemeliharaan tenaga kerja yang
memadai akan memperkecil adanya konflik antara tenaga kerja dengan pemberi
kerja.
Dalam
pemeliharaan sumber daya manusia ada beberapa yang perlu dikaji antara lain tentang
kepuasan kerja karyawan, pengelolaan konflik, motivasi karyawan, stress dan
komunikasi yang terjadi dalam organisasi.
C. Manajemen
Personalia
Istilah Sumber Daya Manusia
berkaitan dengan kondisi manusia, baik yang berada di dalam organisasi maupun
di luar organisasi. Sumber daya manusia dalam arti sempit dalam organisasi
lebih sering disebut dengan personalia.
Personalia,
administrasi dan manajemen personalia, departemen sumber daya manusia, fungsi
personalia, dan hubungan industry merupakan beberapa istilah yang telah dipakai
untuk menggambarkan aktivitas-aktivitas penting mereka secara historis, maupun
mencoba memperhatikan arah atau tujuan fungsi tersebut. Manajemen karir,
manajemen sumber daya manusia, dan perencanaan tenaga kerja telah pula ditambahkan
ke dalam daftar istilah di atas untuk menggambarkan arah baru aktivitas
hubungan personalia ini. Berbagai istilah baru ini mengandung beberapa
hal pokok: istilah ini menekankan pada perencanaan, implementasi rencana, dan
perhatian yang lebih besar terhadap aspek manajerial serta pendayagunaan
orang-orang sebagai sumber daya organisasi secara lebih baik.
Perubahan-perubahan terminologi itu juga merefleksikan peningkatan
signifikasi yang berkenaan dengan pengelolaan orang-orang di dalam organisasi
dan juga perspektif yang lebih luas atas pengkajian bidang ini.
Istilah-istilah manajemen personalia (personnel management) dan manajemen
sumber daya manusia (human resources management) mengacu kepada proses yang
sama.
Manajemen sumber daya manusia adalah
istilah modern yang mengemuka ada tahun 1970-an dan diterima secara luas pada
tahun 1989 pada saat Perhimpunan Amerika untuk Administrasi Personalia
(American Society for Personnel Administration/ ASPA) mengganti namanya menjadi
Perhimpunan untuk Manajemen Sumber Daya Manusia (Society for Human Resource
Management, SHRM). Sungguhpun begitu kedua istilah tersebut mengacu pada
hal yang serupa: personalia yang bekerja bagi sebuah perusahaan adalah mewakili
sumber daya manusia perusahaan tersebut. Karena sumber daya manusia
merupakan asset organisasi yang paling penting, semua manajer sudah selaiknya
berkepentingan dengan manajemen sumber daya manusia. Perbedaan
istilah-istilah ini terletak pada penekanannya. Sebagai contoh, istilah
fungsi personalia, baik untuk fungsi lini maupun staf digunakan untuk
memberikan penekanan terhadap fungsi-fungsi manajemen tersebut, sedangkan
istilah manajemen personalia dipakai untuk memperlihatkan ruang lingkup yang
lebih luas. Pendekatan sumber daya manusia adalah relative baru dalam
pengelolaan orang-orang. Istilah ini menjadi popular selama awal decade
1970-an, tatkala riset ilmu perilaku menunjukkan bahwa mengelola orang-orang
dengan menganggapnya sebagai sumbersumber daya daripada hanya sebagai
factor-faktor produksi akan menghasilkan manfaat nyata, baik bagi organisasi
maupun karyawan. Sejumlah prinsip menjadi landasan bagi pendekatan sumber
daya manusia.
1. Karyawan-karyawan dipandang
sebagai suatu investasi yang –jika dikembangkan dan dikelola secara efektif –
akan memberikan imbalan-imbalan jangka panjang bagi organisasi dalam bentuk
produktivitas yang lebih besar.
2. Manajer menyusun berbagai
kebijakan, program, dan praktik yangmemuaskan kebutuhan-kebutuhan ekonomi dan
emosional para karyawan.
3. Manajer menciptakan
lingkungan kerja dimana para karyawan dipacu agar mengembangkan dan menggunakan
keahlian-keahlian mereka semaksimal mungkin.
4. Program-program dan
praktik-praktik personalia ditetapkan dengan tujuan menyeimbangkan
kebutuhan-kebutuhan karyawan sekaligus tujuan-tujuan organisasi.
Dengan member penekanan-penekanan
pada aspek-aspek tertentu dari manajemen sumber daya manusia, maka manajemen
sumber daya manusia berbeda sekali dengan manajemen personalia. Anggapan
bahwa manajemen sumber daya manusia adalah proaktif daripada reaktif; mencakup
system yang lebih luas daripada bagian per bagian: memperlakukan pekerja
sebagai modal social daripada sebagai biaya variable; lebih berorientasi pada
tujuan daripada hasil; dan akhirnya berorientasi pada komitmen daripada hasil,
semuanya itu mengesankan bahwa manajemen sumber daya manusia “lebih baik”
dibandingkan manajemen personalia. Manajemen personalia lebih diarahkan
kepada karyawan-karyawan organisasi, merekrut, dan melatih mereka, mengelola
gaji dan kontrak karyawan, menjelaskan apa yang diharapkan organisasi dari
mereka, dan mencoba mengubah setiap tindakan manajemen yang kemungkinan akan
menyulut tanggapan negative dari karyawan. Sebaliknya, manajemen sumber
daya manusia bukan berawal dari karyawan melainkan dari kebutuhan organisasi
akan sumber daya manusia, lebih bersifat permintaan sumber daya manusia
daripada suplai sumber daya manusia.
Perkembangan
terakhir memperlihatkan bahwa banyak perusahaan mengganti istilah departemen
personalia menjadi departemen sumber daya manusia. Pergantian ini
menyiratkan bahwa ada perubahan sikap dan pendekatan terhadap hubungan
perusahaan dengan karyawan berkaitan dengan aktivitas rekruitmen, seleksi,
pengembangan, dan pemeliharaan karyawan yang kompeten dan produktif.
D. SDM dan Organisasi
1. Mengapa Manajemen SDM penting
bagi organisasi
Ancaman kompetisi internasional,
kondisi perekonomian yang tidak menentu, dan perubahan teknologi yang cepat
hanyalah beberapa faktor eksternal yang menyebabkan perusahaan mencari berbagai
kiat baru agar dapat memberdayakan SDM nya secara lebih efektif.
Faktor-faktor internal seperti biaya kompensasi tidak langsung, kebutuhan untuk
menyimak tekanan hukum dan sosial yang semakin menguat, dan tuntutan akan
perlunya karyawan yang terlatih secara memadai merupakan faktor-faktor yang
membuat manajemen SDM menjadi kian penting dan kompleks.
Manajemen SDM akan semakin menjadi hal
penting pada organisasi-organisasi besar. Persoalan-persoalan yang
menyangkut ketersediaan tenaga berbakat dalam rangka mendukung pertumbuhan
bisnis yang direncanakan, kualitas tenaga manajerial, dan pengendalian biaya
yang sangat besar saat ini diartikan sebagai pengelolaan sejumlah besar tenaga
kerja yang sangat berbakat. Hal-hal tertentu yang menjadi pemikiran
manajemen senior meliputi:
a. Kurangnya tenaga teknis khusus untuk mendukung program
ekspansi bisnis tertentu (sebagai contoh: Chef);
b. Terbatasnya jumlah manajer yang teruji dan berpengalaman
luas, baik untuk mengelola lahan bisnis baru maupun ekspansi dengan
investasi modal yang besar ataupun untuk berkembang menjadi eksekutif senior
yang bertanggung jawab.
c. Biaya yang sangat besar dalam penerapan: pengurangan atau
pemutusan tenaga kerja, relokasi karyawan dari lokasi kerja yang jauh, perekrutan
tenaga kerja berbakat dengan tingkat gaji yang tinggi, dan aktivitas-aktivitas
manajemen SDM lainnya. Biaya-biaya SDM sangatlah kritis.
d. Tuntutan atas praktik manajemen dari beraneka faktor
eksternal seperti peraturan perundang-undangan dan ancaman biaya yang sangat
besar yang disebabkan penyelesaian tuntutan atas praktik diskriminasi.
e. Peningkatan produktivitas, khususnya pada tingkat
manajerial dan tenaga profesional. Pengendalian atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan dan kinerja pelaksananya sendiri merupakan tujuan utama jika
perusahaan ingin tetap kompetitif dan unggul.
f. Menyediakan kesempatan karir dan lingkungan kerja yang
akan menarik, memotivasi, dan menahan tenaga berbakat yang diperlukan.
Beraneka macam persoalan
seperti itu telah memunculkan praktik MSDM yang baru, dan juga membawa dimensi
baru pada pekerjaan fungsi personalia di banyak perusahaan. Manajer
puncak dan manajer operasi senior berpaling kepada departemen SDM untuk bantuan
dalam mengantisipasi berbagai kebutuhan dan penerapan program yang dapat
memenuhi kebutuhan tersebut.
Praktik SDM yang baik bakal
membuahkan peningkatan kemampuan sebuah organisasi untuk menarik dan
mempertahankan orang-orang terbaik. Perencanaan menjadikan perusahaan
lebih sadar terhadap tipe orang-orang yang dibutuhkan dalam jangka pendek,
menengah, dan jangka panjang. Aktivitas rekruitmen dan seleksi yang
berkualitas menunjukkan orang-orang yang terbaik untuk jabatan yang tersedia
dan memastikan bahwa mereka ditempatkan pada posisi yang tepat. Evaluasi
kinerja dan pelatihan akan mengembangkan indvidu yang menuntut keahlian,
pengetahuan, dan sikap yang berbeda dari yang mereka miliki sekarang ini.
Praktik
SDM yang sehat juga dapat memotivasi anggota-anggota organisasi agar melakukan
pekerjaan hebat. Praktik ini dapat memancing komitmen para karyawan dan
keterlibatan dalam pekerjaan dan organisasi. Kemampuan berkembang dalam
organisasi, mengalami pertumbuhan dan perkembangan karir, serta menerima balas
jasa yang sepadan dengan kinerja dapat memacu kinerja yang tinggi dan sikap
positif terhadap pekerjaan. Keahlian manajer dalam berhubungan dengan
serikat pekerja secara positif juga akan mempengaruhi kinerja dan sikap
karyawan.
Semakin
meningkatnya peran MSDM juga disebabkan oleh keyakinan banyak organisasi akan
perannya yang strategik demi keberhasilan kompetitif organisasi.
Keunggulan kompetitif sangat tergantung pada inovasi yang kreatif. Inovasi seperti itu pada intinya sangat tergantung pada
motivasi dan moral kerja karyawan. Sikap karyawan yang diinginkan dengan
sendirinya merupakan hasil pembentukan kebijakan dan praktik personalia
tertentu. Satu hal yang sangat jelas adalah bahwa gaya manajemen yang
otokratik tidak bakal menumbuhkan iklim hubungan kepegawaian yang dikehendaki.
Karena alasan inilah, maka pengelolaan yang efektif menyita perhatian pihak
manajemen puncak.
Manajemen puncak haruslah mendukung dan
mengotorisasi semua fungsi SDM. Sekalipun mereka sering mendelegasikan
tanggung jawab atas desain dan implementasi kebijakan-kebijakan SDM, banyak
manajemen puncak yang berpartisipasi langsung dalam pengembangan dan mengawasi
semua praktik dan prosedur SDM di dalam organisasi. Sebagai tambahan,
manajemen puncak haruslah langsung terlibat dalam praktik SDM yang mempengaruhi
bawahan mereka, seperti mewawancarai calon untuk posisi eksekutif atau menilai
kinerja manajer puncak yang lain.
2. Posisi MSDM dalam Manajemen
Semakin
ramai perusahaan yang mengakui bahwa departemen SDM memikul tanggung jawab
supaya menjadi komponen integral yang proaktif dari manajemen dan proses
perencanaan strategik. Penekanan baru ini tidaklah
menggantikan kompetensi yang dibutuhkan dalam pemberian konseling, konsultasi,
hubungan industrial, atau sistem pengendalian manajerial. Dengan demikian
orientasi departemen SDM mesti berbuat lebih banyak daripada sekedar duduk dan
mendengarkan pada waktu rencana-rencana manajemen strategik disusun.
Departemen SDM harus menentukan arah strategik aktivitas-aktivitasnya sendiri
yang akan membuatnya menjadi tangan proaktif dari tim manajemen. Untuk
melakukan peran baru ini MSDM harus memastikan kebutuhan-kebutuhan
organisasional spesifik untuk penggunaan kompetensinya, mengevaluasi penggunaan
dan kepuasan diantara departemen-departemen lainnya, dan mendidik manajemen
serta kalangan karyawan mengenai ketersediaan dan penggunaan jasa-jasa
departemen SDM. Tujuan jangka panjang perusahaan dari setiap rencana
strategik MSDM hendaklah untuk membangun kekuatan-kekuatan perusahaan.
3. Mengaitkan MSDM dengan Misi, Tujuan,
dan Strategi Organisasional.
Barangkali
kepentingan utama spesialis SDM adalah kontribusi yang dapat disodorkan oleh
fungsi MSDM guna membantu organisasi memenuhi misi, tujuan, dan
strateginya. Misi organisasi biasanya
merupakan pernyataan manajemen puncak, atau gambaran dari keseluruhan maksud
organisasi. Tujuan adalah pernyataan-pernyataan yang bersangkut paut
standar produksi pasar, dan finansial apa yang ingin dicapai oleh sebuah
perusahaan. Sebagai contoh, tujuan industri perhotelan mungkin untuk
menguasai 12 persen pangsa pasar tamu bisnis menginap. Tujuan dapat pula
dinyatakan dalam terminologi finannsial seperti profitabilitas atau presentasi
kembalian investasi. Manajer SDM menentukan tujuan spesifik yang
berkenaan dengan tingkat penyusunan staf (staffing), perjanjian kerja, biaya
tunjangan karyawan, dan tingkat ketidakhadiran serta perputaran karyawan.
Strategi organisasi adalah alat dengannya tujuan-tujuan akan dicapai.
Keputusan strategik meliputi bauran produk, target tamu, metode produksi,
pengeluaran modal, serta sekumpulan keputusan lain yang semuanya menggambarkan
bagaimana organisasi hendak meraih tujuan-tujuannya.
Strategi bisnis mengkategorikan organisasi dalam banyak
cara yang berbeda. Kategori ini biasanya membedakan antara organisasi
yang sedang berkembang dengan yang stabil, ataupun menurun. Orientasi
strategik organisasi dapat dikategorikan dari segi orientasi laba, ukuran dan
lingkup lini produk mereka, apakah mereka pemimpin atau pengikut pasar,
kecepatan yang mesti mereka gunakan untuk berubah agar tetap bertahan hidup,
tipe struktur organisasional, kerentanan risiko atau keengganan pengambil
keputusan kunci, serta faktor-faktor lainnya. Bila postur strategik
sebuah organisasi telah diidentifikasi, langkah berikutnya adalah
menentukan strategi SDM yang akan memungkinkan organisasi mencapai misi,
tujuan, dan sasarannya.
E.
Sejarah Perkembangan Manajemen Sumber Daya Manusia
Sejarah
Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan
manajemen pada umumnya.
Sebelum
permulaan abad kedua puluh manusia dipandang sebagai barang, benda mati yang
dapat diperlakukan sekehendak hati oleh majikan. Manusia tidak dihargai
karena dianggap sebagai salah satu faktor produksi yang disamakan dengan mesin,
uang, metode dan sebagainya. Majikan lebih mementingkan atau memberikan
perhatian pada sumber daya alam dari pada sumber daya manusia. Hal ini
dikarenakan pada masa tersebut manusia masih banyak yang belum mempunyai
pengetahuan dan keterampilan yang mamadai, sehingga perhargaan pada manusia
masih rendah dipicu pula jumlah tenaga kerja yang berlebihan, padahal lapangan
kerja sangat sedikit.
Dalam
perkembangan selanjutnya perhatian terhadap faktor manusia sebagai sumber daya
manusia jauh lebih besar. Hal ini disebabkan oleh perkembangan pengetahuan
manajemen, organisasi serikat kerja yang lebih aktif dan adanya kekurangan
tenaga kerja.
Adanya faktor di
atas, pada sekitar tahun 1950-an para ahli mengkaji kembali pentingnya peranan
sumber daya manusia dalam kegiatan organisasi.
Di Indonesia masalah sumber daya
manusia baru mulai diperhatikan lebih serius pada tahun 1970-an. Hal ini
dibuktikan dengan munculnya Undang-undang tentang tenaga kerja, peraturan upah
minum dan kesejahteraan pegawai
Dalam arah pembangunan jangka
panjang kedua disebutkan bahwa melalui upaya pembangunan, potensi sumber daya
nasional diarahkan menjadi kekuatan ekonomi, sosial budaya, politik dan
pertahanan keamanan yang nyata, didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas
yang memiliki kemampuan memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kemampuan menejemen. Sumber daya manusia yang
ada pada pemuda sebagai penggerak pembangunan nasional dipadukan aspirasi,
peranan dan kepentingannya ke dalam gerak pembangunan bangsa melalui peran
serta aktif dalam seluruh kegiatan pembangunan.
Titik berat pembangunan jangka
panjang kedua diletakan pada bidang ekonomi yang merupakan penggerak utama
pembangunan, seiring dengan kualitas sumber daya manusia dan didorong secara
saling memerlukan, saling terkait dan terpadu dengan pembangunan bidang-bidang
lainnya yang dilaksanakan seirama, selaras, dan serasi dengan keberhasilan
pembangunan bidang ekonomi dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan
nasional.
Sampai saat ini peningkatan kualitas
sumberr daya masih terus dilakukan, karena meskipun suatu negara tidak
mempunyai keunggulan komparatif yang baik, namun mempunyai keunggulan
kompetitif, maka negara tersebut bisa lebih bersaing dengan negara lain,
contohnya Jepang. Sumber daya alam yang dipunyai sangatlah minim, akan tetapi
sumber daya manusia yang dimilki sangatlah berkualitas, hal ini dapat
menempatkan Jepang sebagai negara maju di dunia. Untuk itulah negara Indonesia
yang sudah mempunyai keunggulan komparatif, harus selalu digalakan tentang
peningkatan kualitas sumber daya manusianya agar tidak ketinggalan
negara-negara lain.
D. Beberapa
Pendekatan Masalah Sumber Daya Manusia
Dalam setiap kegiatan atau aktifitas
organisasi dari waktu kewaktu selalu timbul masalah–masalah. Untuk mengatasi
masalah–masalah yang timbul ada beberapa pendekatan sesuai dengan periodenya.
Maksudnya pendekatan yang lebih akhir menujukkan lebih baru ditinjau dari segi
waktunya. Namun sampai sekarangpun masih ada pimpinan perusahan yang
menggunakan pendekatan cara lama dalam mengatasi permasalahan. Susilo
Martoyo mengemukakan tiga pendekatan :
1.
Pendekatan Mekanis
2.
Pendekatan Parternalisme
3.
Pendekatan Sistem Sosial
1.
Pendekatan Mekanis ( Pendekatan Klasik )
Perkembangan
di bidang Industri dengan penggunaan mesin–mesin dan alat–alat elektronika
membawa kemajuan yang sangat pesat dalam efisiensi kerja.
Dalam
pendekatan mekanis, apabila ada permasalahan yang berhubungan dengan tenaga
kerja, maka unsur manusia dalam organisasi disamakan dengan faktor produksi
lain, sehingga pimpinan perusahaan cenderung menekan pekerja dengan upah yang
minim sehingga biaya produksi rendah. Pandangan pendekatan ini menunjukkan
bahwa tenaga kerja di kelompokkan sebagai modal yang merupakan faktor produksi.
Dengan hal ini maka di usahakan untuk memperoleh tenaga kerja yang murah namun
bisa di manfaatkan semaksimal mungkin dan memperoleh hasil yang lebih besar
untuk kepentingan pemberi kerja. Pendekatan ini
cukup dominan di negara – negara barat sampai dengan tahun 1920 – an.
2.
Pendekatan Parternalisme ( Pendidikan Parternalistik )
Dengan adanya perkembangan pemikiran
dari para pekerja yang semakin maju dari para pekerja, yang menunjukkan mereka
dapat melepaskan diri dari ketergantungan manajemen, maka pimpinan
perusahaan mengimbangkan dengan kebaikan untuk para pekerja.
Parternalisme merupakan suatu konsep
yang menganggap manajemen sebagai pelindung terhadap karyawan, berbagai usaha
telah dilakukan oleh pimpinan perusahaan supaya para pekerja tidak mencari
bantuan dari pihak lain. Pendekatan ini mulai hilang pada waktu periode tahun
1930 – an.
3.
Pendekatan Sistem Sosial ( Pendekatan Human Relations )
Manajemen Sumber Daya Manusia atau
personalia merupakan proses kegiatan manajemen yang kompleks. Dengan
kekompleksan kegiatan managemen Sumber Daya Manusia, maka pimpinan perusahaan
mulai mengarah pada pendekatan yang lain yaitu pendedikatan sistem sosial yang
merupakan suatu pendekatan yang dalam pemecahan masalah selalu memperhitungkan
faktor – faktor lingkungan. Setiap ada permasalahan, maka diusahakan dipecahkan
dengan sebaik mungkin dengan resiko yang paling kecil, baik bagi pihak tenaga
kerja maupun pemberi kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar